Daftar Blog Saya

Kamis, 26 Oktober 2017

Manis Nella Goyang, Magis Jaran Goyang

Seorang kawan, yang jauh dari kriteria rupawan namun cukup dermawan, pernah berbagi kisah soal pengalamannya sebagai wartawan. Pengalaman yang umumnya terjadi di dapur redaksi media. Dikejar deadline, merevisi laporan reporter yang kadang beritanya oh lain, sampai jungkir balik meng-utak-atik kata, sebab bapak pimpinan matanya melotot, ngga srek dengan judul headline.

Bekerja di bawah tekanan, tanpa kontrol diri yang baik disertai kekuatan iman, tentu berpotensi memicu ledakan emosi yang serpihan amarahnya meluber kemana-mana. Bisa jadi malah menambah kerjaan baru, membikin berita kriminal--Pemukulan Terhadap Sesama Kawan, atau Penganiayaan Berjamaah kepada Bapak Pimpinan. Beruntunglah, ilustrasi yang dramatis dan berlebihan ini, di cerita kawan itu tak kejadian.

Solusinya malah terkesan simpel tapi mujarab. Sebab, ketika menghadapai situasi dikejar deadline seperti tersebut, kawan saya dan awak redaksinya, hanya butuh segelas kopi, hisapan cigaret yang khusuk, dan ini yang paling penting; Mendengarkan lagu Nella Kharisma, Jaran Goyang.

Cukup terkesima saya dengan cerita kawan itu. Meski solusinya terkesan mainstream, karena mendengarkan musik itu memang telah jadi kebiasaan umum. Namun cerita kawan itu sungguh menyisakan sekelumit tanya di dalam hati; Kenapa harus lagu Nella Kharisma? Apakah lirik-lirik dalam lagu yang dibawanya, yang konon mengandung unsur magis itu, dapat diaplikasikan lebih luas lagi?

Apakah kemagisannya, juga dapat menenangkan kita, saat kerlip lampu di alun-alun kota diklaim sebagai keberhasilan pembangunan, padahal situasi kemiskinan di desa masih kian menganga? Memang mulus aspal di jalan, tapi kok bayi-bayi tumbang kekurangan nutrisinya? Lalu apakah ketukan gendang lagu Jaran Goyang, juga dapat meredakan kecewa, saat para pemimpin rakyat memunggungi aspirasi dan meludahi kepercayaan yang terberi kepadanya? Bisakah? Bisakah? Jawablah! wahai, Nella Kharisma!

"Yah kok tanya Aku toh, Mas? Tanya Pak Bupati dan Pak Dewan-mu-lah! Dasar kamu, sok kritik sosial!"

Saya mengira-ngira, jawaban Dek Nella akan semanja itu. Namun buru-buru saya terjaga dari lamunan, dan sekian pertanyaan-pertanyaan absurd tersebut.

Seperti ada wahyu dari langit ke tujuh, dan juga ilham dari senyum bapak di baliho tepi jalan, saya kok yah mulai suka bettul dengan lagu Nella Kharisma. Lirik-lirik di lagu Jaran Goyang itu, memang seperti ada unsur magisnya. Saya mulai lapar saat tidak makan, sering ingin tertidur jika sedang mengantuk, dan sungguh ini yang paling mengganggu lagi menyebalkan, saat saya harus terkoneksi dengan internet, tapi yah kok susah sekali? Padahal dicek, kuotanya memang sudah habis. Ada apa ini?

"Asssuuh! Kamu kok jadi bego toh, Maas?"

Kali ini suara itu bukan dari Nella Kharisma. Tetapi dari Cak Malik, lelaki yang disebut-sebut sebagai suaminya.

Namun, saya kembali buru-buru terjaga, itu hanya lamunan belaka. Sungguh lamunan yang tak produktif, tak progresif, alih-alih bersignifikansi sosial.

Sekian penyanyi lain, memang pernah merilis ulang lagu Jaran Goyang ke dalam berbagai versi. Tapi yang dipopulerkan oleh Nella Kharisma, sungguh masih sangat lekat unsur Jawa Timurnya. Yang tentu saja, bahasa Jawa di lirik lagu itu masih sekental susu cap enak. Dan kemagisan lagu ini, sekali lagi, seperti terbukti. Bahwa betapapun kami ber-suku Bugis Mandar, kami tetap tak mengerti artinya. Aneh kan?

"Aneh ndasmu!"

Itu bukan suara Nella Kharisma atau Cak Malik. Itu suara hatiku sendiri.

Lalu saya mulai berselancar untuk mencari arti dan mengerti makna dari lagu ini. Sebuah lagu, yang judulnya itu, sebenarnya pertama kali saya dengar dari grup balap taksi motor lokal Wonomulyo, sekitar setahun lalu. Tahu taksi motor? Ituloh, sejenis motor trail modifikasi, yang punya kekuatan mengangkut gabah kaum marhaen.

Tapi belum juga mendapati artikel yang mengulas arti lagu ini, saya malah terhenti pada sebuah situs web yang mengulas tentang Nella Kharisma dan unsur mistis di lagunya. Situs web tersebut, mengutip sebait lirik dari lagu Jaran Goyang, seperti di bawah:

Kalau tidak berhasil, pakai jurus yang kedua. Semar mesem namanya, jaran goyang jodohnya. Cen rodok ndagel syarate, penting di lakoni wae. Ndang di cubo, mesthi kasil terbukti kasiate, genjrot.

Konon, lirik di atas dipercaya merujuk pada ajian Jaran Goyang yang biasa digunakan masyarakat Osing Banyuwangi, Jawa Timur. Ajian Jaran Goyang, konon dapat menaklukan hati orang yang diinginkan. Siapa pun yang terkena akan mengalami kasmaran bahkan sampai berperilaku seperti orang gila.

Saya cukup serius membaca ulasan situs tersebut, tapi pelan-pelan, ingatan saya merangkak pada kenangan cinta masa lalu--Pada si gadis ayu kawan SMP yang bersuku Jawa itu. Mungkinkah Ia menggunakan ajian Jaran Goyang? Sebab dulu, saya begitu menggilainya. Terjebak kangen, sampai jadi susah melihat telinga sebelah kiri. Apalagi ketika ditinggal merried, di cermin, saya jadi sering melihat bayangan sendiri. Namun sebelum menjadi prasangka yang sangat bodoh, saya kembali melanjutkan bacaan, dan terpaku pada kalimat:

Jaran Goyang merupakan ilmu Jawa kuno yang diwariskan secara turun-menurun. Pengaruh yang dihasilkan energi Jaran Goyang akan mempengaruhi alam bawah sadar orang lain.
Untuk melakukan ajian jaran goyang, biasanya diharuskan untuk melakukan puasa mutih selama 40 hari 40 malam. Pada malam terakhir harus diakhir dengan Pati Geni, atau menghilangkan segala nafsu sementara.

Saya keluar dari situs web tersebut, tanpa membaca lagi referensi lain yang berbaris di halaman mesin pencari google. Dalam hati saya berbisik, jangan-jangan, lagu Nella Kharisma ini, memang betul punya daya magis? Saya kok mulai bau asem? Padahal belum pernah mandi.

Nella Kharisma: Biduanita asal Jawa Timur yang mempopulerkan lagu Jaran Goyang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar