Pun demikian, ada satu nafas akan hak bersuara tersirat di biringgalung -- yang apabila diterjemahkan dari bahasa Mandar ke dalam bahasa Indonesia secara latterlijk, maka akan menjadi pinggir(an) sawah. Yang apabila diberi makna lebih jauh, biringgalung datang dari satu pemuda pinggiran di desa -- Hadir ke alam virtual maya untuk mensejajarkan diri dengan wargacyber lainnya --untuk satu hak -- hak untuk bersuara. (Ehehe...nyata sekali pencocoklogiannya)
Ocehan tidak penting dari berbagai aspek di biringgalung, coba disampaikan dalam gaya bahasa ringan dengan aroma humor yang terkesan dipaksakan. Tentulah sangat jauh dari kesan catatan Soe Hok Gie yang penulis dan demonstran, ataupun Abdur Arsyad yang stand up comedian itu.
Kadang pula sebenarnya pengampu blog ini melakukan semacam eksperimen dalam ragam gaya penulisan. Ikhtiarnya memang untuk learn by doing untuk menulis apa saja. Yah syukur-syukur kalau ini bisa menjadi semacam medium alternatif untuk mewartakan hal-hal sekitar yang tentu saja dalam nuansa yang sangat personal.
Namun tentulah waku anda begitu berharga untuk sekadar mengetahui hal remeh-temeh ini. Namun apapun itu, semoga ini bisa menjadi awal perkenalan kita yang berbuah narsis manis.
Mengakhiri sambutan nan singkat ini, ijinkan kami menukil sebuah pepatah yang tak lagi asing di telinga:
"Tak Kenal Maka Tak Sayang, Tak Sayang Mari Kenalan"
Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwamieth Tharieq
Tabik;
Mengakhiri sambutan nan singkat ini, ijinkan kami menukil sebuah pepatah yang tak lagi asing di telinga:
"Tak Kenal Maka Tak Sayang, Tak Sayang Mari Kenalan"
Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwamieth Tharieq
Tabik;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar