Di
salah satu petak hamparan sawah tersebut, tiga petani muda berjibaku
memanggul tangki. Mereka adalah Irwan, Thalib, dan Zainal. Kurang lebih 1 Ha
lahan pertanian mereka, kembali akan di semprot dengan nutrisi alami. Kali ini,
mereka melakukan penyemprotan terakhir menjelang panen dengan tujuan
memaksimalkan kualitas buah padi.
"Komposisi
bahan yang kami gunakan hari ini adalah nutrisi dari buah masak dan nutrisi
dari cangkang yang di campur dengan air laut."
Kalimat
tersebut dilontarkan Irwan, saat saya dan seorang kawan prohresif; Bung
Noerdin Cambaliwali, berkunjung di tengah kesibukannya sore
itu bersama dengan dua rekannya. Sabtu, 4/2/2018
Dokumentasi Pribadi; Pertanian Alami itu Ramah Lingkungan |
Perawatan
dengan menyemprot buah padi dengan bahan tersebut, menurut Irwan, dilakukan
saat usia padi berkisar 70-80 hari. Dengan masing-masing bahan mempunyai
khasiat dan tujuan tertentu pada tanaman.
"Nutrisi
buah masak dan cangkang itu berfungsi untuk meperbaiki pembentukan biji dan
buah. Sedangkan air laut berguna untuk memaksimalkan proses pemasakan
buah." kata Bang Irwan.
Tahun
ini merupakan musim ke empat, komunitas pemuda di desa Galeso, bergelut dengan
pertanian alami. Salah satu metode pertanian yang tidak lagi menggunakan input
kimia berupa pupuk dan pestisida sintetis, namun menggunakan bahan-bahan lokal
murah yang ramah lingkungan.
Dengan
menggunakan metode pertanian alami, mereka mengakui tidak lagi bergantung pada
pupuk dan pestisida sintetis. Sebab, bahan alternatifnya telah mampu dibuat
sendiri. Selain itu, dengan alternatif pertanian alami, diakui mereka hanya
membutuhkan modal produksi yang minim.
Jauh
berbeda dengan metode konvensional yang mengandalkan input kimia. Metode
konvensional padat modal tersebut bisa menghabiskan biaya hingga jutaan untuk
luasan lahan 1 Ha. Sedangkan dengan metode pertanian alami (Natural Farming),
dengan luas lahan yang sama, biaya produksi yang diperlukan hanya maksimal 500
ribu rupiah. Hal tersebut disampaikan petani alami lainnya, Zainal.
Dokumentasi Pribadi: Pertanian Alami Murah dan Menguntungkan |
"Sawah
yang yang saya kerja itu sekitar 70 are. Untuk biaya pembuatan herbal, nutrisi
dan pupuk alami, untuk satu kali turun sawah, biayanya paling tinggi 300 ribu.
Waktu masih pakai pupuk dan pestisida kimia, biayanya bisa sampai dua
juta," katanya.
Suka
duka menjalankan metode pertanian alami telah mereka cecap selama dua tahun
terakhir. Di awal-awal, gerakan terobosan yang mereka lakukan dianggap sepele.
Namun belakangan, metode bertani mereka mulai dilirik petani di sekitarnya.
Sebabnya, dengan metode pertanian alami, secara kuantitas hasilnya cenderung
stabil. Hal tersebut menjadi sebuah keistimewaan, ditengah situasi terakhir
petani di desa Galeso yang kian menurun hasilnya setiap kali panen.
Menurut
para petani muda tersebut, tidak mudah untuk meyakinkan masyarakat untuk
beralih ke metode bertani alami. Petani sudah terlanjur merasa nyaman dengan
pola pertanian konvensional yang dianggap lebih praktis. Selain itu, ada juga
kendala teknis berupa banyaknya petani berstatus penggarap, sehingga belum bisa
menentukan kemandirian sebab masih bergantung pada keputusan pemilik
lahan.
"Mengajak
petani beralih metode itu sama dengan mengajak seseorang berpindah keyakinan.
Apalagi ada kendala-kendala tertentu. Jadi kita pelan-pelan saja." Kali
ini Thalib yang memberi komentar.
Sambil
tetap fokus menyemprot padi di hadapannya, pemuda berdarah Arab ini terus
membagi pengalaman. Ia menuturkan bahwa meski masyarakat belum berani beralih
ke metode bertani alami, masyarakat tetap mengakui bahwa beras alami mereka
jauh lebih berkualitas dan lebih sehat, sebab tidak lagi mengandung bahan kimia
berbahaya.
Dokumentasi Pribadi: Pertanian Alami itu Menyehatkan |
"Kalau
nasi dari beras kimia hanya bisa bertahan sehari, sedangkan nasi dari beras
alami ini tidak akan basi sampai dua hari. Rasanya juga lebih enak. Masyarakat
disini, sudah cukup banyak yang membuktikan itu." kata
dia lagi.
Di desa
Galeso sendiri, luas lahan pertanian yang digarap secara alami, baru berkisar
2,5 Ha, dengan jumlah petani sekitar enam orang. Namun, para penggerak petani
alami di desa Galeso tetap optimis, bahwa sedikit demi sedikit, luas lahan dan
jumlah petani alami di komunitasnya akan terus bertambah.
Hal
tersebut teramati saat tiga petani muda ini melakukan penyemprotan sore itu.
Beberapa petani lain menghampiri dan bertanya soal perkembangan aktifitas pertanian
alami yang mereka lakoni.
Bulir padi petani alami ini yang kian menguning, adalah pertanda bahwa panen tidak akan lama lagi. Tapi menurut mereka, tujuannya bukanlah sekadar hasil panen melimpah berbiaya murah nan lebih sehat. Akan tetapi, ketika metode bertani alami yang mereka pilih, berhasil mengetuk kesadaran banyak pihak, bahwa selain kewajiban menjaga alam, kemandirian dan kedaulatan petani memang mesti direngkuh kembali.
Bulir padi petani alami ini yang kian menguning, adalah pertanda bahwa panen tidak akan lama lagi. Tapi menurut mereka, tujuannya bukanlah sekadar hasil panen melimpah berbiaya murah nan lebih sehat. Akan tetapi, ketika metode bertani alami yang mereka pilih, berhasil mengetuk kesadaran banyak pihak, bahwa selain kewajiban menjaga alam, kemandirian dan kedaulatan petani memang mesti direngkuh kembali.
Dokumentasi Pribadi; Dari kiri ke kanan: Praktisi dan Pegiat Pertanian Alami, CO muda berbakat dan prohresif, Pewarta Amatir dan Senyumnya manis sekali |