Daftar Blog Saya

Sabtu, 15 Juli 2017

CEKRECK; Sebuah Memoar Singkat di Hari Wisuda

Ok, baik! Kita akan saling membiarkan merayakan prosesi wisuda sarjana XV Unasman kali ini. Silah kita tuntaskan ragam ekspresi dengan selfa selfi sana sini. Tentu saja itu manusiawi.

Proses yang dilalui selama di Universitas yang konon terbesar di jagad Sulawesi Barat ini (faktanya memang menjadi pemenuh syarat berdirinya Sulbar), selain nuikmat, tentu saja melelah dan mempercapekkan. Hinggalah wajar, jika klimaksnya hari ini adalah orgasme rasa yang anggap saja tidak dapat diucapkan dengan kata-kata--kecuali..."Agh!"

Tentu saja rasa mengharu biru. Disorot ribuan pasang mata penuh espektasi (kalo nda percaya hitung ndiri). Pada harapan orang-orang tua yang ingin melihat anaknya 'sukseis'. Sukses dengan ragam perspektif, sesuai latar belakang dan kecenderungan paradigma duniawi yang membentuknya.

Pada ujung asa, ada harapan dengan selesainya proses wisuda sarjana dengan seperangkat atribut toga dibayar tunai, kelak anak-anaknya mendapat kehidupan lebih baik. Terhindar dari kesuraman masa depan serta mendapat kejayaan hidup fiddunniya wal akhirat.

Ada harapan, dengan selesainya para ananda bolak-balik kampus rumah kampus, kelak mereka segera bekerja ditempat lebih kece. Jauh dari lumpur dan terhindar dari debu jalanan yang bisa membuat wajah dijajah komedo.

Tak terhindar kemungkinan, bahwa tangis pecah oleh sekian pasang mata, adalah sublimasi dari dendam kejelataan menjadi kebanggaan--atas tak terkalahkannya mereka pada realitas pendidikan di negeri yang tak kunjung murah--serta hanya dinikmati oleh kaum borduith. Mensejajarkan anak-anak mereka dengan wisudawan lain--dengan toga di badan dan mortarboard di kepala. Setara!

Namun tentu saja, pada pikiran lebih bijak dan terbuka yang dimiliki ibu bapak hadirin sekalian, bahwa para sarjana ini tidaklah hanya dibayangkan pada persolan-persoalan itu. Lebih jauh dan maha penting, bagaimana ilmu yang telah ditimba pada sumur universitas, dapat membumi dan bermanfaat untuk manusia lain; Apapun profesinya dan dimanapun lumpur serta debu-debunya berada. Espektasi moderat ini mungkin yang dapat membuat sarjana malam ini dapat tertidur sedikit lebih nyunyak.

Kemeriahan wisuda sarjanana yang ceria bak lagu terajana ini kita cukupkan sehari saja. Merayakannya tujuh hari tujuh malam dengan hiburan musik caiyya-caiyya dipadu itik palakko dan tuak literan, kami anggap tindakan kurang ajar dan perilaku durjana. Yah bagus jika jaman kuliah rajin masuk kampus bukannya asyik ber-indehoi di indekos. Yah cucok, kalo jaman kuliah skripsi bikin ndiri bukannya dicopast kan mantan.

Malam ini mari kita tidur nyenyak. Jauhkan kuping dari lagu-lagu Iwan Fals yang sarkastik tapi ngena.
"Resah mencari kerja modal ijazah, 4 tahun lamanya bergelut dengan buku, sia-sia semuanya!"
Nada pesimis bung Iwan pada ribuan sarjana yang diwisuda tiap tahun, dan seringkali hanya berakhir di ranjang pengangguran. Sebuah pesimisme yang tentu saja tidak berlaku pada mahasiswa yang kuliahnya 6 sampai 7 tahun, seperti saya. hahah

Namun, seperti kata Annangguru K.H Syibli Sahabuddin dalam sambutannya siang tadi, bahwa harapan dan optimisme harus selalu ada. Segenap ilmu yang diperoleh selama kuliah adalah pegangan untuk masuk pada universitas yang sesungguhhnya; Universitas Kehidupan!
Sebuah penegasan eksplisit, bahwa tugas manusia untuk terus belajar, tak pernah The End.

Akhirnya, selamat berbahagia sekaligus bergalau ria wahai para sarjana muda!
Oh yah, sebelum kita bobo, mari sekali lagi berselfi dengan sisa aroma toga di tubuh. Cekreck.


 1
2
3
4
5

semacam keterangan:

1. adalah baliho ucapan selamat yang dibuat atau diinisiasi oleh Amri Cicero dan Saharuddin Torus. dua orang adik tingkat yang jadi sahabat dan teman tidak waras--yang membersamai kami (orang-orang yang fotonya terpampang) dalam bergelut dengan tugas akhir skripsi. Sebagai orang-orang yang terancam DO, perjuangan agar bisa selesai dengan segala kepusingannya itu, tentu saja sangat senang dengan apa yang diberikan oleh kedua mahluk tersebut. 

2. adalah kepingan gambar dari suasana yang terjadi di gedung acara. Sengaja saya cantumkan, karena ketidakjelasannya!

3. adalah seorang wisudawan, yang seperti wisudawan lainnya sedang berselfi ria. Dari bahasa tubuhnya, seperti ada sesuatu yang mengganjal. Yah, benar. Dia lapar!

4. adalah seorang perempuan tangguh yang membesarkan keenam anaknya dengan berdikari. Itu dilakukannya ketika seorang laki-laki dewasa di sampingnya belum genap berusia dua tahun. Bagi laki-laki itu, perempuan tangguh inilah yang menjadi alasan, mengapa semuanya harus di selesaikan hingga foto ini hadir.

5. adalah seorang perempuan sedang memeluk anaknya yang hari itu jadi lulusan terbaik dengan nilai cumlaude. Mungkin tangisannya pecah ketika menyadari semua keadaan untuk hari ini yang ia jalani serba tidak mudah.  Perempuan yang Ia peluk bersama dengan laki-laki di samping wanita tangguh, adalah dua orang di keluarga yang pertama kali bisa menyelsaikan pendidikan di perguruan tinggi.